Landasan Teoritis Pengembangan PAPS

1 Pengantar

Setiap individu memiliki potensi yang dapat mendukung keberhasilan individu dalam kehidupannya. Salah satunya adalah potensi kognitif yang berkaitan dengan cara individu menyelesaikan masalah yang dihadapi berdasarkan informasi yang dimilikinya. Potensi kognitif ini merupakan potensi yang bersifat umum yang berkaitan dengan banyak hal. Potensi kognitif ini ada yang menyebutnya sebagai manifestasi inteligensi secara umum (general intelligence) dan ada yang menyamakannya dengan potensi akademik. Alasan dari penyamaan ini karena dalam dunia akademik individu membutuhkan potensi tersebut untuk mengatasi masalah kognitif. Efektivitas pengajaran dalam dunia pendidikan akan tercapai apabila pengajar dapat mengetahui potensi akademik individu yang dididiknya. Informasi ini sangat diperlukan untuk melakukan beberapa kegiatan seperti penerapan program-program inovatif maupun evaluasi terhadap efektivitasnya.

Mengingat pentingnya informasi mengenai potensi kognitif maka Unit Pengembangan Alat
Psikodiagnostika (UPAP) Fakultas Psikologi UGM mengembangkan instrumen tes yang mengukur kemampuan tersebut. Tes yang dikembangkan ini adalah Tes Potensi Akademik Pasca Sarjana (Tes PAPS). Tes ini dikembangkan untuk membantu para praktisi yang bergerak dalam bidang psikologi pendidikan serta psikologi perkembangan. Tes ini merupakan tes yang diadministrasikan secara klasikal karena bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai potensi kognitif individu.

2 Potensi Kognitif Individu

Satu individu dengan individu lainnya memiliki berbagai perbedaan dan bervariasi. Perbedaan tersebut dinamakan dengan perbedaan individual (individual differences). Perbedaan ini dapat dibedakan menjadi dua jenis atribut, yaitu atribut kemampuan dan atribut non kemampuan. Atribut non kemampuan berkaitan dengan kepribadian yang didalamnya memuat nilai, minat, sikap dan ciri sifat. Atribut kemampuan dapat dibedakan menjadi dua yaitu kemampuan potensial dan kemampuan aktual. Kemampuan aktual terkait dengan kemampuan keterampilan individu untuk mengatasi permasalahan praktis secara langsung. Atribut aktual merupakan atribut yang menunjukkan hasil proses pelatihan atau pembelajaran. Kemampuan potensial (non aktual) terkait dengan seperangkat kemampuan yang dapat mendukung individu untuk mengatasi permasalah secara praktis. Kemampuan potensial juga terkait dengan potensi, peluang atau probabilitas dalam diri individu. Kemampuan potensial merupakan modal utama yang menentukan seberapa besar batas performansi optimal individu untuk mengembangkan kapasitas kognitifnya. Kemampuan potensial ini memiliki dua tipe yaitu kemampuan potensial umum dan khusus. Kemampuan potensial yang bersifat khusus adalah representasi dari bakat, yang merupakan potensi khusus untuk mengatasi masalah yang khusus (misalnya bakat mekanika maupun spasial). Kemampuan potensial yang bersifat umum adalah inteligensi yang dalam hal ini diwujudkan dalam potensi kognitif. Atribut kemampuan yang bersifat potensial dapat diukur melalui tes potensi.

Potensi kognitif mencerminkan berbagai kapasitas individu termasuk kapasitas dalam mengelola memori kerja (working memory) serta kecepatan pemrosesan (speed processing). Tes yang mengukur potensi kognitif menunjukkan adanya korelasi positif dengan memori kerja atau tugas kecepatan, seperti yang dilakukan pada hampir semua tugas dalam baterai kognitif. Butir-butir soal yang berbentuk matriks misalnya, merupakan soal yang membutuhkan kombinasi berbagai kemampuan kognitif untuk mengatasi masalah yang diberikan. Sebuah tes memiliki tujuan untuk mengukur suatu variabel yang merupakan objek yang diukurnya. Di dalam tes psikologi, variabel yang diukur merupakan perilaku manusia. Kemampuan psikologi merupakan atribut yang menunjukkan kapasitas intelektual dan fungsi pikir manusia yang kemudian disebut dengan kemampuan kognitif. Bentuk kemampuan kognitif ada dua macam, yaitu inteligensi dan bakat. Inteligensi merupakan kapasitas intelektual dalam pemecahan permasalahan secara umum. Bakat merupakan kapasitas intelektual dalam bidang khusus, seperti bakat verbal, bakat seni, bakat numerikal, dan lainnya (Azwar, 2016).

3 Tes Potensi Akademik Pascasarjana (PAPS)

Tes PAPS menekankan pada pengukuran potensi dan bukan pada prestasi. Hal ini dikarenakan Tes PAPS bertujuan untuk memprediksi performansi individu di masa depan daripada mengukur performansi individu yang merefleksikan aktivitasnya di masa lalu. Konstruk yang diukur oleh Tes PAPS terkait dengan potensi individu. Jika tes prestasi (misalnya Tes Matematika) mengidentifikasi seberapa luas atau dalam pengetahuan individu mengenai pengetahuan secara spesifik, tes potensi menilai seberapa mudah individu dapat memperoleh pengetahuan yang tidak mereka memiliki. Tes potensi mengukur batas performasi optimal yang mengungkap apa yang mampu dilakukan oleh individu dan seberapa baik ia mampu melakukannya.  Tes yang mengukur potensi seperti Tes PAPS berusaha untuk mengidentifikasi seberapa baik individu dalam memahami dan menggunakan informasi dari berbagai ragam jenis sumber untuk mendukung tujuan mereka (Cook, 2003).

Tes PAPS dirancang untuk mengungkap potensi akademik, yaitu potensi yang mendasari kemungkinan seseorang untuk dapat berhasil sekiranya dia mendapatkan kesempatan untuk belajar lebih lanjut di perguruan tinggi, khususnya pada pendidikan S2 dan S3. Penyusunan Tes PAPS dilakukan agar calon mahasiswa dengan potensi berkembang terbaik dalam bidang akademik dapat memperoleh kesempatan belajar lebih lanjut di jenjang pascasarjana. Tes potensi akademik digunakan sebagai salah satu alat seleksi dalam lingkup perguruan tinggi. Skor yang diperoleh dalam mengerjakan tes potensi akademik (TPA) digunakan sebagai prediktor performansi mahasiswa di perguruan tinggi. Hasil tes potensi akademik memberikan informasi obyektif mengenai calon mahasiswa baru dan digunakan sebagai pembeda kemampuan akademik calon mahasiswa. Tes PAPS memprediksi peluang keberhasilan belajar di perguruan tinggi.

Tes PAPS dikembangkan dengan mengadaptasi konstruk-konstruk yang diukur oleh beberapa tes seperti Cognitive Ability Test (COGAT), Graduated Record Examination (GRE), Otis Lennon School Ability Test (OLSAT) maupun Scholastic Aptitude Test (SAT). Tes-tes tersebut merupakan model dari pengembangan tes-tes potensi akademik di Indonesia. Tes potensi akademik yang dikembangkan di Indonesia selain PAPS antara lain Tes Kemampuan Dasar Akademik (TKDA) Himpunan Psikologi Indonesia dan Tes Potensi Akademik Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Beberapa penulis menjelaskan bahwa tes-tes potensi akademik dikembangkan dengan berdasarkan teori bakat yang lebih mengarah pada bidang akademik, sementara itu ahli lain mengatakan bahwa tes potensi akademik pengembangannya didasarkan pada teori kecerdasan umum. Pada bagian ini akan dijelaskan pengertian antara konstruk-konstruk yang terkait dengan Tes PAPS, yaitu kecerdasan dan bakat.

Pengembangan Tes PAPS dilakukan secara khusus dengan menghilangkan sumber-sumber pengukuran yang tidak relevan, misalnya yang berkaitan dengan bias budaya atau suku. Penghilangan ini berdampak pada luasnya karakteristik individu yang dapat diuj dengan menggunakan Tes PAPS. Semua butir di dalam Tes PAPS ditelaah kontennya. Uji statistik dilakukan untuk menghilangkan butir-butir yang mungkin diprediksi secara signifikan terpengaruh oleh bias, misalnya bias gender atau suku. Tes PAPS merupakan manifestasi dari tingkat kecerdasan (IQ) individu. Meskipun demikian skor Tes PAPS tidak dapat dianggap sebagai skor IQ penuh karena tidak mengukur secara langsung semua area kemampuan kognitif yang dinilai oleh tes kecerdasan komprehensif, seperti pengetahuan terkristal (cristalized intelligence), memori kerja (working memory), atau kecepatan pemrosesan (processing speed). Namun demikian, skor Tes PAPS cenderung berkorelasi tinggi dengan skor IQ.

3.1 Kemampuan yang Diukur Tes PAPS

Tes PAPS mengukur kemampuan kognitif individu, yaitu kemampuan dalam memanfaatkan potensi kognitifnya untuk memahami informasi, mengelolanya dan memanfaatkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi sesuai dengan rambu-rambu yang diberikan. Sebagai contoh, dalam mengatasi soal analogi misalnya, individu memahami instruksi yang diberikan, memahami pola yang mendasari hubungan antar dua kata yang ditanyakan kemudian memanfaatkan pola tersebut untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Kemampuan yang sama juga dipakai untuk mengatasi masalah yang lain baik butir soal yang menggunakan media numerik maupun gambar (figural). Meskipun secara umum Tes PAPS mengukur kemampuan individu dalam melakukan penalaran kognitif yang mendukung kesuksesan dalam bidang pendidikan, Tes PAPS juga mengukur kemampuan-kemampuan berikut ini:

  • Kreativitas dalam menggunakan strategi kognitif,
  • Kemampuan memahami hubungan antar konsep,
  • Kemampuan untuk bekerja di dalam tekanan dan keterbatasan waktu,
  • Kemampuan memanfaatkan dan mengelola premis untuk penyelesaian masalah,
  • Kemampuan beradaptasi pada situasi atau aturan baru terkait dengan masalah kognitif,
  • Kemampuan menyelesaikan masalah sesuai dengan batasan atau aturan yang ditetapkan.

Inti dari kemampuan-kemampuan tersebut adalah penalaran kognitif yang sangat diperlukan
dalam mendukung kesuksesan individu sebagai peserta didik. Kemampuan ini berguna pada banyak aktivitas dalam pembelajaran di kelas, misalnya (a) kegiatan untuk memahami gagasan-gagasan baru yang diungkapkan oleh sebuah buku teks baik melalui media verbal, angka maupun gambar, (b) memahami persamaan atau perbedaan antara satu konsep atau teori dengan konsep lainnya, (c) merumuskan hipotesis mengenai suatu masalah, dan (d) menggunakan kemampuan untuk menghadapi situasi yang baru.

3.2 Keterkaitan dengan Inteligensi dan Bakat

Atribut ukur dari tes potensi akademik adalah kecerdasan dan bakat. Masing-masing atribut ini akan ditelaah secara spesifik untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
mengenai konstruk ukur dari Tes PAPS.

Inteligensi. Kecerdasan (IQ) merupakan prediktor yang efektif terhadap performansi individu
dalam bekerja, baik dalam ranah pendidikan/akademik atau lingkungan kerja. Untuk menindaklanjuti hal ini, banyak tes-tes kecerdasan dari luar negeri diadaptasi ke budaya Indonesia atau tes yang dikembangkan khusus untuk populasi orang Indonesia. Tes IQ memiliki kelebihan dibandingkan tes lain dalam hal profil kemampuan kognitif mengenai kekuatan dan kelemahan individu. Tes IQ dapat memprediksi prestasi akademis siswa dan performansi kerja seorang karyawan. Tes IQ juga memberikan informasi yang bermanfaat bagi individu yang mengalami gangguan perkembangan. Hal ini dikarenakan IQ dapat memberikan informasi batas-batas kemampuan seorang individu dan pengaruh dari gangguan yang dialami terhadap kemampuan belajar. Dalam lingkup sekolah, IQ dapat memberikan informasi apakah seorang siswa perlu mendapatkan program khusus tidak.

Teori yang berkaitan dengan kecerdasan umum adalah teori inteligensi yang paling dekat dengan konstruk ukur Tes PAPS dibandingkan dengan teori kecerdasan yang lain. Frasa kecerdasan umum (faktor g) selalu terkait dengan suatu variabel laten yang dihasilkan dari analisis interkorelasi antara beberapa tes kecerdasan Spearman (1904). Faktor g telah digunakan untuk menjelaskan temuan bahwa skor pada berbagai tugas kognitif cenderung berkorelasi positif satu sama lain. Perkembangan teori mengenai faktor g kemudian mengikuti pembagian dari John Horn dan Cattell mengenai teori kecerdasan fluida-kristal (Cattell, 1963; Horn, 1980; Horn & Cattell, 1967). Kecerdasan fluida (gf) mengacu pada kemampuan untuk memecahkan masalah baru dan beradaptasi dengan situasi baru. Kecerdasan fluida dianggap bersifat non verbal dan relatif adil budaya. Kecerdasan terkristal (gc) mengacu pada keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dan tergantung pada latar belakang pendidikan dan budaya. Tes yang mengukur faktor gf tidak terbatas pada tes berbentuk matriks atau figural, sedangkan tes yang mengukur faktor gc tidak terbatas pada tes dengan menggunakan kosakata dan tes pengetahuan umum (Saltier, 1992). Sebuah tes yang mengukur potensi akademik seperti Scholastic Aptitude Test (SAT) dapat dikatakan hampir pasti mencerminkan kombinasi kemampuan fluida dan mengkristal (Engle, Tuholski, Laughlin, & Conway, 1999). Bukti empiris menunjukkan hubungan substansial antara TPA dan faktor g dalam teori inteligensi. Brodnick dan Ree (1995) melakukan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan antara faktor g, variabel sosial ekonomi, nilai tes prestasi dan variabel terkait potensi akademik dengan menggunakan pendekatan pemodelan struktural untuk menguji hubungan. Penelitian ini menemukan harga bobot faktor terkait kecerdasan umum pada dua subtes yaitu matematika dan verbal pada SAT sangat tinggi. Hal ini menunjukkan kedua kemampuan tersebut merupakan representasi dari kecerdasan.

Bakat. Bakat mengacu potensi individu untuk belajar tugas pada bidang tertentu berdasarkan pelatihan tertentu. Tes bakat dirancang untuk mengukur kemampuan subjek dalam mempelajari sebuah objek atau tugas yang spesifik atau memperoleh keterampilan yang spesifik. Meskipun bakat dan kemampuan secara umum memiliki perbedaan, dari sisi terminologinya kata bakat dan kemampuan sulit untuk dipisahkan. Pengukuran bakat biasanya dilakukan oleh sebuah tes yang diarahkan untuk memprediksi seberapa mampu individu dalam menguasai pengetahuan atau keterampilan di bidang tertentu. Berdasarkan pemaparan tersebut, beberapa pakar menyatakan bahwa tes potensi akademik lebih menekankan pada abilitas yang terkait dengan bakat (aptitude).

3.3 Manfaat Pengukuran

Tes potensi kognitif dikembangkan dengan tujuan untuk memprediksi performansi individu ketika mendapatkan tugas yang membutuhkan kemampuan kognitif. Individu yang memiliki potensi kognitif yang besar akan mampu memahami berbagai jenis informasi (abstrak – konkret, implisit – eksplisit) sehingga mudah beradaptasi dengan berbagai jenis bidang akademik (eksakta dan non eksakta). Hal tersebut mengakibatkan individu yang memiliki potensi kognitif besar memiliki peluang kesuksesan yang lebih besar dibanding dengan yang memiliki potensi kognitif yang terbatas. Tes potensi kognitif berorientasi pada performansi individu ketika menyelesaikan suatu pekerjaan yang terkait dengan masalah kognitif, misalnya pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Oleh karena itu, manfaat utama dari penyelenggaraan tes ini adalah untuk mengetahui potensi-potensi individu dalam suatu aktivitas, misalnya aktivitas akademik seperti mengumpulkan premis atau fakta kemudian memahami pola-pola dari fakta tersebut. Secara umum manfaat mengetahui informasi potensi kognitif individu adalah sebagai berikut:

Mengenal potensi diri dalam hal kognitif.

Dengan mengikuti tes TES PAPS individu akan mendapatkan skor tes yang dapat menunjukkan
posisi kemampuan subjek di dalam populasi. Skor yang dihasilkan oleh TES PAPS merupakan
skor yang melalui proses penormaan dari populasi. Populasi adalah individu-individu yang
merupakan target dari pengembangan tes. Individu yang memiliki skor di bawah populasi
atau skor di atas rata-rata populasi populasi memungkinkan untuk mendapatkan program
khusus. Misalnya penerapan penanganan khusus berupa kelas khusus.

Mengenal kelebihan dan kekurangan individu.

Skor yang dikeluarkan oleh TES PAPS akan menjelaskan skor setiap subtes secara rinci, misalnya skor Subtes Verbal, Kuantitatif (Numerik) maupun Figural (Gambar). Rincian skor akan
menunjukkan bagian kemampuan individu yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Skor pada Subtes Verbal yang tinggi menunjukkan bahwa individu mampu melakukan penalaran dengan menggunakan media verbal dengan baik. Di sisi lain, individu yang memiliki skor tinggi pada Subtes Kuantitatif memiliki kelebihan dalam melakukan penalaran dengan menggunakan media angka.

Memprediksi keberhasilan dalam menyelesaikan tugas.

Butir-butir soal Tes PAPS disusun berdasarkan kemampuan generik yang bersifat potensial. Butir-butir soal Tes PAPS memiliki keterkaitan minimal dengan pengetahuan, kemampuan matematika, maupun kemampuan menangkap gambar karena Tes PAPS tidak menekankan pada pengalaman atau pengetahuan individu. Tes PAPS menekankan pada kemampuan untuk melakukan penalaran dengan menggunakan media kata-kata (verbal) maupun angka dan gambar (non verbal). Jika pengalaman dan pengetahuan menunjukkan performansi masa lalu, maka penalaran akan menunjukkan performansi di masa depan.

3.4 Fungsi Asesmen dengan menggunakan Tes PAPS

TES PAPS dapat dilakukan untuk berbagai keperluan mulai dari fungsi seleksi maupun fungsi penempatan individu pada sebuah program pendidikan atau pelatihan. Tes PAPS juga dapat dipakai untuk fungsi asesmen secara umum, misalnya untuk memetakan potensi individu di sekolah. Berikut ini fungsi-fungsi Tes PAPS yang dapat diimplementasikan:

  • Mengukur fungsi kognitif umum
  • Mengidentifikasi bakat intelektual maupun cacat kognitif
  • Mengenali kekuatan dan kelemahan potensi kognitif
  • Mampu mendeteksi individu yang memiliki kekhususan, misalnya: individu yang memiiki keunggulan dalam bidang verbal, matematis, atau penalaran logis.
  • Menjadi panduan untuk pengembangan program seleksi dan intervensi
  • Membantu pengambilan keputusan dalam penempatan program pendidikan
  • Memberikan informasi untuk evaluasi klinis dan neuropsikologis.