oleh: Wahyu Widhiarso
Peneliti sudah banyak yang melakukan penelitian untuk mengkaji dua tantangan umum untuk penilaian berbasis tingkat (level-based assessments). Tantangan pertama adalah menetapkan definisi yang jelas mengenai arti skor pada setiap level. Tingkat capaian individu sering dilaporkan melalui skala konseptual kontinyu dan didefinisikan sebagai rentang kecakapan yang bersifat laten. Pada pendekatan ini definisi capaian individu seringkali terdefinisikan dengan baik sebagai sebuah level. Definisi yang lebih jelas ditawarkan oleh penilaian berbasis level dengan menggunakan skala Guttman. Pada pendekatan ini individu di tingkat pencapaian yang lebih tinggi diasumsikan telah menguasai keterampilan yang sama dengan mereka yang berada di tingkat yang lebih rendah, ditambah keterampilan tambahan yang tidak dimiliki oleh mereka yang berada di tingkat yang lebih rendah. Jika definisi ini dapat dimasukkan dengan jelas ke dalam penilaian berbasis tingkat non-Guttman, menurut Schulz dkk (1999) tantangan pertama akan terpenuhi. Tantangan kedua adalah mengestimasi karakteristik skor level secara teknis. Ketika tes digunakan untuk mengklasifikasikan individu ke dalam level-level sepanjang suatu kontinum, pengembang tes harus melaporkan informasi psikometrinya, misalnya, eror standar pengukuran pada batas-batas di suatu level dan persentase individu yang akan diklasifikasikan secara tepat oleh tes-tes yang paralel. [baca selengkapnya]